Bertemu Desember, lagi-
Hiruk pikuknya tak lagi ramai. Tanpa perayaan, apalagi upacara penyambutan. Desember kali ini tengah dipaksa bungkam; berteman gemuruh hujan; menambah magisnya senja, tanpa deringmu.
Ini adalah pengawal sebuah akhir dari dua ribu dua puluh
Tahun dimana semua berjalan begitu saja; tanpa permisi; tanpa ketuk
Dan tadi pagi, secara tidak sengaja, aku malah kembali membuka folder penyimpan foto dan vidioku bersamamu. Awalnya hanya sekilas, tapi tatapku malah tertuju pada satu pesan yang sempat aku screenshot kala itu: “Berpikir jauh ke depan, belajar dari pengalaman,” katamu.
Ya, itu adalah peringatan akhir tahun darimu. Sekitar tiga tahun yang lalu. Hari saat kita tengah berbincang tentang mimpi dan harap; menata banyak resolusi; seratus impian dan target untuk tahun berikutnya.
Malam itu seperti duduk di antara bintang-bintang. Kita yang saling mendoakan, menanti pergantian hari; pada jam rawan yang selalu menyenangkan. Bersama kamu, Rama yang menyadarkan bahwa Desember bukan hanya tentang perpisahan. Tapi lebih dari itu. Desember mengajarkan apa itu mengikhlaskan, bagaimana harus beranjak, berencana, pun juga berharap. Desember memang kerap menghadirkan kekecewaan, tapi inilah yang membuat kita harus kembali berpijak.
Sampai hari ini, aku masih seringkali teringat tentang target yang pernah kau ciptakan. Bagaimana? sudah berapa banyak yang berhasil kamu coret selama tidak bersamaku? Pasti sudah banyak sekali ya, Rama. Sama, aku juga; meski tidak mungkin sebanyak milikmu sih. Intinya jariku masih tak pernah absen mencari segala hal tentangmu, sama sepertimu yang baru saja ketahuan beberapa hari yang lalu.
Bagiku, ini adalah cerita luar biasa yang tak memerlukan ekspektasi apa-apa. Kita memang diminta untuk berjalan sendiri; fokus pada pencapaian masing-masing. Kita yang berusaha saling berbenah, semoga bisa semakin berdiri megah sampai akhirnya dipertemukan kembali. Ingat ya Rama, Tuhan itu baik. Berkahnya pasti mengiringi setiap langkah. Sebenarnya aku malah sudah tahu persis bahwa Tuhan sedang merencanakan sesuatu; karena kebetulan anehnya, sudah mulai banyak ditunjukkan dan menghampiri hari-hariku.
Desember kali ini aku tidak lagi banyak berharap, Rama.
Aku juga lebih memilih untuk tidak menaruh banyak rasa.
Takut dikecewakan, takut dipatahkan.
Dan sekarang, aku hanya ingin menyelesaikan apa yang sudah terlanjur dimulai. Karena bisa melihatmu tumbuh dan berproses; itu sudah lebih dari cukup.
Selamat menyambut bulan penuh sukacita
Tolong jangan berhenti ya, Abhista Rama.